Manusia yang terobsesi dengan cinta
kekuasaan, harta dan wanita, pasti akhir perjalanan sejarah kehidupannya
akan menjadi sangat kelam.
Bahkan di akherat tinggal penyesalan. Itu telah difirmankan dalm Al-Qur’an, ungkapan orang yang menyesal:
{مَا أَغْنَى عَنِّي مَالِيَهْ (28) هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيَهْ} [الحاقة: 28، 29]
28. Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat kepadaku.
29. telah hilang kekuasaanku daripadaku.” (QS Al-Haaqqah/ 69: 28, 29)
Dalam kenyataan hidup sekarang pun sudah dapat dilihat. Inilah ulasannya.
Terkadang manusia tak pernah mengerti
dan memahami, bahwa kehidupan di dunia pasti akan berakhir. Siapapun dan
apapun di dunia ini, pasti ada batas waktunya. Tidak ada yang kekal.
Tidak ada yang abadi. Segalanya akan mencapai batas akhir.
Pengalaman sejarah kehidupan memberikan
pelajaran yang sangat berharga. Bagi mereka yang bisa memahami dan
mengerti tentang kehidupan. Banyak pelajaran yang sangat berharga, dan
memberikan manfaat yang tidak ada bandingnya.
Jika seseorang dapat memetik pelajaran
itu, maka diujung kehidupannya akan menjadi manusia yang mulia.
Sebaliknya, manusia yang gagal dan tidak dapat mengambil pelajaran dari
semua fenomena itu, nasibnya akan menjadi sangat nista dan hina.
Misalnya, orang yang memiliki obsesi
dengan kehidupan duniawi, dan menjadikan kehidupan duniawi tanpa batas,
dan puncak segala kehidupannya. Manusia itu menjadi sangat mencintai
kekuasaan, harta, dan kenikmatan sex (farj).
Seluruh tujuan hidupnya hanya diarahkan
cintanya hanya kepada kekuasaan, harta, dan wanita, sebagai puncak
tujuan hidupnya. Betapapun terkadang dibungkus dengan nilai-nilai agama.
Seluruh amalnya (bekerja) hanya
diarahkan kepada mendapatkan kekuasaan, harta, dan wanita. Orientasi
hidupnya diarahkan kepada mencapai tujuan yang bersifat sementara, yaitu
kekuasaan, harta dan wanita.
Trilogi (tahta, harta dan wanita) yang
sangat menggoda dan selalu menjadi obsesi orang-orang yang tak bisa
memahami dasar kehidupan yang paling mulia, selanjutnya akan terus
didera oleh obsesi mendapatkan kekuasaan, harta, dan wanita. Mereka tak
akan pernah mendapatkan kebahagiaan. Selamanya.
Tetapi, selamanya cinta kepada
kekuasaan, harta, dan wanita, tak pernah bisa melahirkan harmoni.
Justeru manusia akan terperosok ke lembah yang sangat kotor dan
menjijikkan. Menjadi manusia yang paling hina dina. Tak akan pernah
mendapatkan kemuliaan. Semua manusia yang terobsesi dengan cinta
kekuasaan, harta dan wanita, pasti akhir perjalanan sejarah kehidupan
akan menjadi sangat kelam.
Sekarang, ambillah contoh, yang paling
absurd, yaitu Irjen Polisi Djoko Susilo, yang pernah memiliki jabatan
dan kedudukan tinggi, dinilai cerdas, dan berdedikasi dalam kepolisian.
Tetapi, ujung dari perjalanan hidupnya sangat mengenaskan. Ia tidak
akan pernah lupa sampai mati.
Kekuasaan, jabatan, harta dan wanita,
menyebabkan Djoko Susilo menjadi manusia yang paling terpuruk, dan hina,
dan tidak bermartabat. Obsesinya pupus, dan berakhir dengan sangat
sedih. Harus dipenjara.
Kekuasaan yang digenggamnya tanggal.
Hartanya semua berpisah, dan tidak dapat menolongnya, serta tidak
berguna sedikitpun. Bahkan, hartanya sekarang membebaninya, dan harus
membuat penyesalan yang tanpa henti-henti. Sungguh sangat tragis.
Isteri-isterinya tak dapat dinikmatinya.
Djoko Susilo harus tinggal dalam penjara sendirian. Isterinya tentu
tak pernah mengerti bahwa suaminya akan bernasib seperti yang mereka
lihat sekarang ini. Isterinya yang cantik, hanya bisa menatapnya di
balik penjara. Sungguh sangat luar biasa pelajaran yang dapat dipetik
dari Irjen Pol Djoko Susilo.
Seperti juga para seleberitis yang
sekarang berkiprah di dunia kekuasaan, yang bergelimang dengan harta.
Ujung sangat tragis. Mereka umumnya harus berpisah dengan keluarganya
(suami/isterinya). Tidak sedikit diantara mereka yang bercerai. Tidak
selamanya tahta, harta, dan wanita, bisa membuat manusia menjadi mulia
dan berbahagia.
Baginda Rasulullah Shallahu Alaihi
Wassalam, ketika ditawari oleh Abu Sofyan, pembesar kaum Qurays, tentang
kekuasaan, harta, dan wanita, tidak menjadi tertarik, dan tetap memilih
kemuliaan Islam. Itulah pelajaran yang sangat berharga dari Ulul Azmi.
Semoga. Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar